"Busyet, musim dingin ini sungguh menyiksa. Terus-menerus dingin tanpa akhir. Badan menggigil, perut kelaparan. Kemiskinan ini juga sungguh menyiksa. Dari dulu miskin. Terus-menerus miskin tanpa akhir!" Demikian teriak si Kusta dengan pilu. Si Wanita Penghibur mendengarkan keluhan itu dengan iba. Si Pemulung menunduk prihatin.
Pada saat itu terdengarlah suara Kristus yang memelas, namun penuh wibawa, "Tolonglah Aku. Cabutlah mahkota emas ini yang dipasang oleh gereja sejak gereja mulai melembaga 2.000 tahun lalu. Mahkota-Ku yang betul bukan terbuat dari logam mulia, melainkan dari duri hina. Ah, senangnya hati-Ku bertemu kamu. Aku datang ke dunia untuk kamu. Aku jadi hidup kalau Aku sehati dengan kamu pada kedalaman penderitaanmu. Namun, sudah lama Aku disandera oleh pendeta. Bebaskanlah Aku supaya Aku bisa berfungsi sebagai Juruselamat bagi orang-orang yang menderita seperti kamu!"
Baiklah kita lihat siapa yang dimaksud dengan si Kusta, si Wanita Penghibur, dan si Pemulung dalam drama ini.
Tulisan di atas adalah tulisan Bapak Andar Ismail dengan judul "Kristus Disandera Pendeta" (hal. 125-129) seri Selamat Sehati - 33 Renungan tentang Sehati Sepikir (2013), terbitan BPK Gunung Mulia.
Image sources:
http://ecx.images-amazon.com/images/I/51JknMRvIYL._SY300_.jpg
http://lilinkecil.com/popup_image.php?pID=2851&osCsid=bdaaa056e921734358e0f88a5e7c35e2
http://jesusistheword.org/wp-content/uploads/2012/05/crown-of-thorns-and-gold-crop.jpg